Yang kamu anggap baik, belum tentu baik di belakang.

Seharusnya hari ini mau posting tentang cerita keseruan liburan kemarin. Tapi tiba-tiba mood jadi ancur gara-gara sebuah percakapan yang cukup memojokkan. 

Cukup down sebenernya baca tulisan itu, karena selama ini rasanya aku selalu berhati-hati sama segala yang aku lakuin di tempat itu, segala ucapan aku sama semua orang disana, segala profesionalitas aku sebagai seorang yang paling “muda”. Tapi ya namanya manusia, gak ada yang sempurna kan? Sebaik-baiknya kita menjaga, tetep aja ada celah yang bisa bikin kebobolan.

Entah itu omongan bercanda atau enggak, tapi aku rasa itu benar-benar ditujukan untuk aku. Entah itu hanya akunya aja yang terlalu sensitive apa gimana, tapi aku rasa memang benar itu ditujukan untuk aku.

Ninda itu orangnya perfeksionis, termasuk untuk hal pandangan orang tentang aku. Walaupun udah berulang kali dibilangin kalo kita gak akan pernah bisa menuhin ekspektasi orang tentang kita, tapi tetep aja ninda selalu naïf untuk benar-benar jaga image. Kadang aku lelah untuk mempertahankan sikap yang harus mengalah terutama setiap berhadapan sama orang yang semena-mena. Saya benci mereka!

Balik lagi tentang percakapan itu. Jujur aku gak tau letak kesalahan aku dimana sampai ada kata memojokkan itu. Mungkin kurang tepat pake kata memojokkan, tapi yang aku tangkep sih begitu. Entah sikap aku yang mana, yang bisa bikin mereka judge saya kalo saya itu salah dan harus diluruskan.

Untuk mereka yang sukanya mengekslusifkan diri, saya selalu berhati-hati di depan mereka. Kadang selalu menghindar kalo diajak gabung. Bahkan untuk menyapa saja kadang saya terlalu canggung karena takut salah.


“mulai sekarang kamu harus lebih hati-hati lagi, yang kamu anggap baik belum tentu baik di belakang” 
– kata seseorang yang lebih menjamur disana.

YAP! Kata-katanya emang bener banget. Yang kamu anggap baik, belum tentu baik di belakang. saya hanya terlalu naïf dalam hal berhubungan antara manusia-manusia. Saya terlalu men-generalisasikan bahwa semua manusia itu baik asal kita berbaik hati dengan mereka. Kenyataanya pahit.

Setiap orang itu berbeda-beda dan punya kadar hati yang berbeda-beda. Gak semua yang kit maksud sampai di hati mereka. Kadang ada saja yang membelokkan niat baik jadi maksud jahat.

Arghhh. Akhirnya saya dipertemukan dengan masalah ini. Saya selalu siap mental untuk bertemu dengan masalah semacam ini. Karena dimanapun saya berada, cepat atau lambat saya percaya pasti akan bertemu dengan keadaan seperti ini. Awalnya emang sempet shock, tapi Alhamdulillah punya orang yang selalu bisa diandalkan, punya orang yang selalu ada <3


untuk sekarang ini, terima aja. mungkin langkah selanjutnya saya akan memperjuangkan apa yang saya rasa benar,  yang bukan berarti membenarkan diri tetapi membela diri yang tidak mengerti harus "berdiri" dimana.

peace, love and gawl. 

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello. Rianindaa here. Jakarta, 14 Mei 1994. hobi menulis, design dan travelling. welcome to my world and enjoy the page!

0 comments:

Post a Comment